http://jurnalalkaffah.or.id/index.php/alkaffah/issue/feedAl-Kaffah: Jurnal Kajian Nilai-Nilai Keislaman2023-12-21T09:12:47+00:00Sulidarahmad.suid@yahoo.co.idOpen Journal Systems<p>Jurnal Alkaffah: Jurnal Nilai-nilai Keislaman, diterbitkan oleh MUI Provinsi Sumatera Utara</p>http://jurnalalkaffah.or.id/index.php/alkaffah/article/view/68WANITA SEBAGAI AKTOR PENDIDIKAN ISLAM ABAD 19-20 M DI NUSANTARA2023-12-21T07:30:42+00:00Zaini Dahlanzainidahlan@uinsu.ac.idSulastri Sulastrisulastri@uinsu.ac.id<p class="p1">Peran wanita dewasa ini telah menjadi sorotandalam segala sisi kehidupan. Tidak terkecuali dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan Islam. Beberapa wanita telah mendedikasikan dirinya untuk menjadi aktor penggerak pendidikan Islam. Layaknya seorang pria, wanita juga mampu mengemban tugas dan tanggungjawab yang besar. Dedikasi yang ditampilkan wanita telah sangat diperhitungkan keberadaannya. Karena itu kajian mengenai hal ini perlu untuk dikembangkan sebagai pengerak jiwa para wanita untuk ikut berperan dan memberikan kontribusi dalam pendidikan Islam. Penelitian ini memfokuskan pada bahasan mengenai wanita sebagai aktor pendidikan Islam abad 19-20 di Nusantara dengan menggunakan metodologi penelitian studi pustaka <span class="s1">(library research) </span>yang berangkat dari analisis sejarah. Adapun hasil dari penelitian ini menyatakan bahwasanya ada beberapa aktor wanita yang ikut berkontribusi dalam pendidikan Islam Nusantara khususnya dalam memperjuangkan hak wanita untuk memperoleh pendidikan yang setara pada masanya meliputi, Fatimah binti Abdul Wahab Bugis (w. 1828 M), Hj. Fatmah Sakrani (w. 1980 M), RA. Kartini (w. 1903 M), Dewi Sartika (w. 1947 M), Tengku Agung Syarifah Latifah (w. 1929M), Rahmah el-Yunusiyah (w. 1969), Siti Rohana (w. 1974M), Rasuna Sa’id, Teuku Fakinah (w. 1993), Siti Walidah (w.1946 M), Nyai Khairiyah Hasyim (w. 1983 M) dan Zakiyah Daradjat (w. 2013).</p> <p class="p1"><strong><span class="s1">Kata Kunci: </span></strong>Wanita, Pendidikan Islam Abad 19-20, Nusantara</p> <p class="p1"> </p> <p class="p1">The role of women today has become the spotlight in all aspects of life. No exception in the world of education, especially Islamic education. Several women have dedicated themselves to become actors driving Islamic education. Like a man, a woman is also capable of carrying out big duties and responsibilities. The dedication shown by women has been taken into account. Therefore, a study on this matter needs to be developed as a driving force for the souls of women to take part and contribute to Islamic education. This study focuses on the discussion of women as actors of Islamic education in the 19-20th centuries in the archipelago by using a library research methodology that departs from historical analysis. The results of this study stated that there were several female actors who contributed to Nusantara Islamic education, especially in fighting for women’s rights to obtain equal education at their time including, Fatimah bint Abdul Wahab Bugis (d. 1828 AD), Hj. Fatmah Sakrani (d. 1980 AD), RA. Kartini (d. 1903 AD), Dewi Sartika (d. 1947 AD), Tengku Agung Syarifah Latifah (d. 1929 AD), Rahmah el-Yunusiyah (d.1969), Siti Rohana (d. 1974 AD), Rasuna Sa’ id, Teuku Fakinah (d. 1993), Siti Walidah (d. 1946 AD), Nyai Khairiyah Hasyim (d.1983 AD) and Zakiyah Daradjat (d. 2013).</p> <p class="p1"> </p>2023-12-21T00:00:00+00:00Copyright (c) 2023 http://jurnalalkaffah.or.id/index.php/alkaffah/article/view/69TAFSIR AYAT ALQURAN TENTANG TANGGUNG JAWAB ORANG TUA DALAM MENDIDIK ANAK2023-12-21T07:52:18+00:00Syahril Rambesyahrilrambe79@gmail.comErwin Pinayungan Dasopangerwinpinayungan@gmail.comImran Ariadinimranariadin@umsu.ac.id<p class="p1">Tulisan ini membahas tentang tafsir ayat Alquran terkait tenggung jawab orang tua dalam mendidik anak. Adapun temuan dalam tulisan ini adalah: Pertama Surah At-Tahrim ayat 6. Pendidikan yang menyangkut pemeliharaan keluarga dari api neraka. Kedua, Surah Luqman ayat 12-17. Akidah yang menyangkut masalah keimanan kepada Allah, hal ini sudah tercakup iman kepada malaikat, kitab-kitab-Nya, para nabi, hari kiamat, dan qadha dan qadar. Syari’at, yakni satu sistem norma Ilahi yang mengatur hubungan manusia denagn tuhan, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam. Ketiga, Surah An-Nisa ayat 9. Berkaitan dengan tanggung jawab orang tua terhadap generasi penerus yang bersifat materi. Ayat ini juga mengindikasikan tugas dan tanggung jawab orang tua, yaitu: Pertama, bahwa orang tua memiliki tugas dan tanggung jawab dalam mendidik anak agar sikap dan perilaku serta kepribadian anak di masa mendatang menjadi lebih baik. Kedua, implementasi takwa bagi orang tua dalam mendidik anak. Ketiga, metode pendidikan yang harus dilakukan oleh orang tua dalam mendidik anak.</p> <p class="p1"><strong>Kata Kunci:</strong> Kewajiban, generasi, dan Amanah.</p> <p class="p1"> </p> <p class="p1">This article discusses the interpretation of verses from the Koran regarding the responsibilities of parents in educating children. The findings in this article are: First, Surah At- Tahrim verse 6. Education which concerns the preservation of the family from hellfire. Second, Surah Luqman verses 12-17. Aqidah which concerns the issue of belief in Allah, this includes belief in angels, His books, the prophets, the Day of Judgment, and qadha and qadar. Sharia, namely a system of divine norms that regulate human relationships with God, human relationships with humans, and human relationships with nature. Third, Surah An-Nisa verse 9. Relates to parents’ responsibilities towards the next generation which are material in nature. This verse also indicates the duties and responsibilities of parents, namely: First, that parents have duties and responsibilities in educating children so that their children’s attitudes, behavior and personality in the future will be better. Second, the implementation of piety for parents in educating children. Third, the educational methods that parents must use in educating their children.</p> <p class="p1"> </p>2023-12-21T00:00:00+00:00Copyright (c) 2023 http://jurnalalkaffah.or.id/index.php/alkaffah/article/view/70KEWAJIBAN ISTRI MENCARI NAFKAH MEMBANTU EKONOMI KELUARGA: Survei Terhadap Relasi Suami Istri di Singapura2023-12-21T08:02:37+00:00Syafruddin Syamsyafruddinsyam@uinsu.ac.idNoradhiah Binte Yasinsyafanikiya@gmail.com<p class="p1">Artikel ini akan mengupas hukum Islam terhadap permasalahan tentang konsep nafkah keluarga di Singapura sekaligus menjelaskan hukum istri mencari nafkah untuk membantu ekonomi keluarga dari perspektif hukum Islam. Khususnya di masyarakat Melayu Islam Singapura. Islam telah mengatur pembagian tugas dan peran antara suami dan istri secara adil. Suami adalah sebagai tulang punggung keluarga, dan pencari nafkah buat istri dan anak-anaknya, tetapi apa yang terjadi di masa sekarang adalah, istri juga turut bersama-sama dengan suami mencari nafkah, sedangkan tugas utama istri adalah mengurus rumah tangga dan mendidik anak-anaknya di rumah, akan tetapi apa yang berlakuadalah sebaliknya. Penyebab istri ikut mencari nafkah keluarga karena faktor ekonomi, faktor sosial, dan gaya hidup. Kondisi di Singapura di kalangan Melayu Islam pada umumnya disebabkan karena faktor ekonomi yang menyebabkan Istri berperan aktif dalam membantu suami mencari nafkah keluarga. Hukum Islam tidak melarang seorang istri keluar bekerja selama mana tidak keluar dari syariatIslam dan tidak melalaikan tanggung jawabnya sebagai ibu rumah tangga. Penelitian ini mengkaji kewajiban para istri mencari nafkah dengan menggunakan konsep maqasidassyar’iyah, kerana dampaknya terlihat lebih kepada positif demi kebutuhan sebuah keluarga.</p> <p class="p1"><strong>Kata kunci:</strong> kewajiban, Istri, nafkah, ekonomi, keluarga.</p> <p class="p1"> </p> <p class="p1">This article will explore Islamic law on issues concerning the concept of family living in Singapore as well as explaining the law of wives making a living to help the family economy from the perspective of Islamic law. Especially in Singapore’s Malay Islamic community. Islam has arranged the division of tasks and roles between husband and wife equally. The husband is the backbone of the family, and the breadwinner for his wife and children, but what is happening now is, the wife also joins with her husband to make a living, while the wife’s main task is to take care of the household and educate her children at home, but what applies is the opposite. The cause of the wife joined in earning a family income because of economic factors, social factors, and lifestyle. Conditions in Singapore among Muslim Malays are generally caused by economic factors that cause the wife to play an active role in helping her husband make a living. Islamic law does not forbid a wife from working for as long as it does not come out of Islamic law and does not neglect its responsibilities as a housewife. This study examines the obligations of wives to earn a living by using the concept of maqasidassyar’iyah, because the impact looks more positive for the needs of a family.</p> <p class="p1"> </p>2023-12-21T00:00:00+00:00Copyright (c) 2023 http://jurnalalkaffah.or.id/index.php/alkaffah/article/view/71AYAT MUHKAMAT DAN MUTASYABIHAT DALAM ALQURAN2023-12-21T08:09:25+00:00M. Tohir Ritongatohir3754@gmail.com<p class="p1">Artikel ini mengkaji tentang ayat Muhkamat dan Mutasyabihat dalam Alquran. Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah dengan metode tafsir maudhu’i, yaitu dengan mencari ayat-ayat yang memiliki kesamaan pembahasan atau tema. Adapun temuan dalam pembahasan ini adalah: Pembahasan ayat yang muhkamat dan mutasyabihat melahirkan dua kelompok besar dalam tubuh umat Islam, namun bukan berarti perbedaan ini negatif karena tidak semua yang berbeda itu bermusuhan. Hal lebih dekat kepada ijtihad masing-masing kelompok, kelompok salaf menyerahkan sepenuhnya maksud dan tujuannya kepada Allah SWT dan adapun kelompok khalaf lebih cendrung untuk menta’wil dengan beberapa syarat yang dikemukan.</p> <p class="p1"><strong>Kata Kunci:</strong> Intrepretasi, <span class="s1">Salaf </span>dan <span class="s1">Khalaf</span></p> <p class="p1"> </p> <p class="p1">This article examines the verses Muhkamat and Mutasyabihat in the Koran. The method used in writing this article is the Maudhu’i interpretation method, namely by looking for verses that have a similar discussion or theme. The findings in this discussion are: The discussion of the muhkamat and mutasyabihat verses gave rise to two large groups within the Muslim community, but this does not mean that these differences are negative because not everything that is different is hostile. It is closer to the ijtihad of each group, the salaf group completely surrenders its aims and objectives to Allah SWT and the khalaf group is more inclined to menta’wil with several conditions that have been put forward.</p>2023-12-21T00:00:00+00:00Copyright (c) 2023 http://jurnalalkaffah.or.id/index.php/alkaffah/article/view/72NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM SURAT AL-ISRA’2023-12-21T08:14:03+00:00M. Rozalimoeh.rozali@gmail.comSofa Mudanasofamudana@gmail.com<p class="p1">Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam Surah Al-Isra’. Pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu: Apa saja nilai-nilai Pendidikan Akhlak yang terkandung dalam surat Al-Isra’? Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Adapun temuan penelitian ini adalah: Alquran adalah sebagai sumber ilmu pengetahuan dan pendidikan terutama dalam pendidikan akhlak, banyak sekali norma-norma yang harus dijalankan dalam kehidupan ini. Dalam surat al-Isra’ ada bebera pendidikan akhlak di antaranya: penanaman nilai-nilai <span class="s1">birul walidaini, </span>anjuran memberi hak kepada kerabat, larangan berbuat boros (mubazir), larangan bersifat kikir (<span class="s2">bakhil</span>) dan larangan bersifat sombong. Anjuran dan larangan tersebut tentunya apabila dilanggar akan mendapatkan sanksi baik sosial maupun di akhirat nanti. Dalam dunia pendidikan Islam, sudah sepatutnya ada penekanan dalam bidang studi akhlak terkait dengan surat al-Isra’ ini.</p> <p class="p2"><strong>Kata Kunci:</strong> Nilai, Karakter dan Atitude</p> <p class="p2"> </p> <p class="p1">This research aims to reveal the values of moral education contained in Surah Al-Isra’. The questions asked in this research are: What are the values of Moral Education contained in Surah Al-Isra’? The method used in this research is qualitative research, by means of descriptions in the form of words and language in a special natural context and by utilizing various scientific methods. The findings of this research are: The Koran is a source of knowledge and education, especially in moral education, there are many norms that must be implemented in this life. In Surah al-Isra’ there is a number of moral education, including: instilling the values of Birul Walidaini, advice on giving rights to relatives, prohibition on being wasteful (wasteful), prohibition on being stingy (bakhil) and prohibition on being arrogant. Of course, if these recommendations and prohibitions are violated, they will receive sanctions both socially and in the afterlife. In the world of Islamic education, there should be an emphasis on the field of moral studies related to Surah al-Isra’.</p>2023-12-21T00:00:00+00:00Copyright (c) 2023 http://jurnalalkaffah.or.id/index.php/alkaffah/article/view/73ANALISIS TERHADAP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA PERGURUAN TINGGI UMUM DI INDONESIA2023-12-21T08:20:12+00:00Zainuddin Zainuddinzain_djaros@yahoo.com<p class="p1">Penelitian ini mendalami tentang analisis terhadap pendidikan agama Islam pada perguruan tinggi umum di Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif Miles dan Huberman. Temuan dalam penelitian ini adalah: Pendidikan Agama Islam di perguruan tinggi umum telah mengalami pergeseran yang cukup signifikan. Ada nuansa integrasi antara mata kuliah Pendidikan Agama dengan mata kuliah lainnya. Dinamika ini telah melalui pergolakan berbagai kepentingan, baik kepentingan secara politik, sosial, budaya, ekonomi dan emosi (sentiment) keagamaan turut ikut serta di dalamnya. Jika proses pengajaran dan pendidikan Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum terintegrasi secara kontekstual maka akan menghadirkan cendekiawan muda yang bukan hanya memiliki value, tetapi juga bermental spiritual yang dapat diandalkan untuk pembangunan masyarakat bahkan pembangunan peradaban manusia di masa yang akan datang.</p> <p class="p2"><strong>Kata Kunci:</strong> Kurikulum, Karakter dan Velue</p> <p class="p2"> </p> <p class="p1">This research explores the analysis of Islamic religious education at public universities in Indonesia. This research was conducted using the Miles and Huberman qualitative method. The findings in this research are: Islamic religious education in public universities has experienced a significant shift. There is a nuance of integration between Religious Education courses and other courses. This dynamic has gone through the upheaval of various interests, including political, social, cultural, economic and religious emotions (sentiments). If the teaching and education process of Islamic Religious Education in Public Universities is contextually integrated, it will produce young scholars who not only have values, but also have a spiritual mentality that can be relied on for the development of society and even the development of human civilization in the future.</p>2023-12-21T00:00:00+00:00Copyright (c) 2023 http://jurnalalkaffah.or.id/index.php/alkaffah/article/view/74ENERGI TAUBAT DALAM PERSPEKTIF ALQURAN DAN AS-SUNNAH2023-12-21T08:24:38+00:00Sulidar Sulidarahmad.suid@yahoo.co.id<p class="p1">Taubat adalah salah satu terminologi yang banyak disebutkan dalam Alquran dan as-Sunnah. Jika kata itu banyak disebutkan dalam Alquran dan as-Sunnah, itu maknanya bahwa kata itu sangat penting untuk diperhatikan lalu diamalkan dalam kehidupan. Dalam Alquran, pada umumnya Allah swt akan memberikan nikmat dan karunia-Nya setelah Dia memberikan ampunan kepada hamba-Nya. Oleh karena itu pentingnya taubat agar diberikan karunia oleh Allah swt, berupa kesuksesan hidup baik di dunia maupun di akhirat. Orang Mukmin yang baik dan arif, bukan orang yang tidak pernah berbuat dosa dan kemaksiatan, tetapi manakalah berbuat dosa dan kemaksitan cepat-cepat menya darinya lalu bertaubat. Dengan taubat, maka Allah swt berjanji akan memberikan kepada hamba-Nya keberuntungan dan kesuksesan, bahkan bahagia, baik di dunia maupun di akhirat. Jika manusia benarbenar menyadari bahwa taubat adalah jalan tol kesuksesan di dunia dan di akhirat, maka bersungguh-sungguhlah dalam bertaubat kepada Allah swt.</p> <p class="p2"><strong>Kata kunci:</strong> Energi, Taubat, Alquran dan as Sunnah</p> <p class="p2"> </p> <p class="p1">Repentance is one of the many terminologies mentioned in the Qur’an and as-Sunnah. If the word is mentioned a lot in the Qur’an and as-Sunnah, it means that the word is very important to pay attention to and then practice in life. In the Qur’an, in general, Allah SWT will give His favors and gifts after He gives forgiveness to His servants. Therefore, the importance of repentance is to be given a gift by Allah SWT, in the form of success in life both in this world and in the hereafter. A believer who is good and wise, is not someone who has never committed sins and disobedience, but whoever commits sins and disobedience quickly learns from them and repents. With repentance, Allah swt promises to give His servants luck and success, even happiness, both in this world and in the hereafter. If humans really realize that repentance is the highway to success in this world and in the hereafter, then be serious about repenting to Allah swt.</p>2023-12-21T00:00:00+00:00Copyright (c) 2023